Dia, wanita tua yang malang, mengisahkan
secuil hidupnya kepadaku. Sontak saja aku kaget, kemudian tersenyum simpul
kepada wanita tua yang malang itu. Terkadang, berbagi cerita kepada orang lain
merupakan hal yang susah dilakukan oleh sebagian dari kita. Jangankan
oranglain, berbagi cerita kepada teman sekelas saja merasa enggan.
Kejadian ini bermula ketika aku naik
angkot jurusan Tanggul pada Sabtu sore beberapa minggu yang lalu. Dengan sigap,
aku memilih tempat duduk terdepan di angkot itu, ya tepat di belakang sopir.
Di sebelahku duduk seorang wanita
berkerudung coklat yang sudah senja, sangat senja. Rona mukanya tak lagi
terpancar kebahagiaan, yang aku lihat hanya segunung derita yang terpancar
darinya. Sedikit-sedikit aku melihat wanita tua berkerudung coklat itu mengusap
air matanya. Dia terlihat membawa kotak amal dan sebuah karung beras. Mataku
celingukan ke bawah, dia memakai sandal jepit yang usang.
“Dik, kuliah dimana?”
Pertanyaan wanita tua berkerudung coklat
ini membuka percakapan diantara kami.
“Ah saya masih SMA, bu. Kelas 10 di SMAN
1 Jember”, jawabku polos. Bagaimana mungkin muka seunyu ini dibilang anak
kuliahan? (gerutuku -_-)
Kata beliau, “Oh saya kira sudah kuliah
dik. Kalau sudah sore nggak bisa lihat jelas, makanya mata ibu daritadi
mengeluarkan airmata.”
Aku mengangguk-angguk saja. Kemudian dia
mengeluarkan airmata lagi, tatapan matanya memandang jauh seperti flashback ke masa memilukan baginya. Aku
masih terdiam di samping wanita tua berkerudung coklat ini.
Beberapa menit setelah kami terdiam, ia
bercerita panjang lebar kepadaku. “Ibu sedih, Nak. Nggak tahu harus gimana
lagi, anak-anak ibu kerja di luar Jawa. Di desa, ibu tinggal sama cucu
perempuan yang umurnya kira-kira sama dengan kamu. Dia ibu rawat dari kecil dan
akhirnya sekarang jadi remaja yang cantik. Sayangnya, dia tidak mau lagi
melanjutkan studinya ke SMA dan hanya sampai SMP”, awal cerita wanita tua
berkerudung coklat ini yang kemudian mengusap airmatanya.
Kata wanita tua berkerudung coklat ini
melanjutkan ceritanya “Cucu saya mengenal pacaran, akhirnya sekarang ia
mengandung janin anaknya yang berumur 3 minggu. Harus gimana ibu ini nak, ha?
Cucu yang ibu rawat baik-baik besarnya hamil di luar nikah. Mau digugurkan?
Dosa dihadapan Tuhan nak.”
Hatiku tersayat, ngilu rasanya jika
membayangkannya. Bagaimana jika aku diposisi wanita tua berkerudung coklat ini?
“Ini bu ada tissue,” tawarku.
Wanita tua berkerudung coklat ini
berterimakasih kepadaku. Lantas dia tersenyum dan berkata “kalau ini memang
sudah takdir ibu ya jalani sajalah. Tuhan itu adil kan dik?
“Iya bu,” hanya itu yang keluar dari
mulutku.
“Bangsal, Bangsal, Bangsalsari...”
teriakan kernet ini untung saja tak sampai memekakkan telingaku.
Wanita tua berkerudung coklat : “Turun
Bangsal ya kamu dik? Ini Ibu juga, tapi berhenti di KPN.”
“Oh iya bu. Saya turun di Masjid
An-Nur.”
Akhirnya angkot berhenti di KPN dan
wanita tua berkerudung coklat ini bersalaman kepadaku dan berjalan gontai
ketika turun dari angkot yang kami tumpangi. Haiik, aku lupa menanyakan nama
wanita tua berkerudung coklat ini huft.
Tak sampai lima menit aku tiba juga di
Masjid An-Nur dan ayah sudah menjemputku disana.
PESAN
MORAL :
Ø Jauhi
free sex, jangan sampe deh belum nikah udah ada bayi di perut. Hih!
Ø Selalu
ingat Allah SWT kapanpun, dimanapun.
Semoga Tuhan selalu
melindungi dan menjaga kita semua. Amin. J
PS : di postingan ini
nggak ada sama sekali niat untuk menggurui, just wanna share my experience with an old woman.
gambar credit to espernyata.wordpress.com
iya, mudah-mudahan bisa terjauhkan dari free sex
ReplyDeleteAmin :)
DeleteKeren nih buat menyadarkan orang-orang kayak gue. *nggak ini bercanda*
ReplyDeleteoh jadi...
Delete