Sebagai
umat manusia, kita pasti punya keinginan-keinginan mendasar yang ada dalam
lubuk hati masing-masing. Mulai keinginan yang teramat sederhana bahkan
luarbiasa. Contoh: menginginkan tas sekolah yang ‘wah’ , ingin iPhone 5, ingin
punya mobil mewah dan lain sebagainya. Tidak salah, karena manusia sejatinya
memang dilahirkan untuk mempunyai rasa ‘ingin’. Apalagi saat ini, sangat banyak
beredar di media massa (televisi), media cetak (koran, majalah, tabloid),
bahkan spanduk yang terpampang besar di pinggiran jalan raya yang sarat akan
keramaian lalu lalang kendaraan.
Tak
hanya itu, produsen barang-barang tersebut semakin cerdik mengiklankan
produknya dengan bahasa yang dahsyat, seolah-olah barang tersebut layak untuk
dibeli dan juga di televisi misalnya, kita pasti disuguhi iklan produk dengan
penampilan prima. Tujuannya: memikat hati pemirsa. Apalagi iklan sangat ampuh
untuk membuat produk menjadi lebih dikenal masyarakat umum dan target pasar
dapat ditempuh.
Oleh
sebab itu, banyak dari kalangan masyarakat mulai dari kalangan atas hingga
kalangan bawah berlomba-lomba menuruti keinginan demi gengsi.
Kebutuhan
adalah segala sesuatu yang diperlukan umat manusia untuk mencapai kemakmuran.
Kebutuhan manusia ternyata tidak terbatas. Mengapa kebutuhan manusia tidak
terbatas? Sesuai dengan kodratnya, manusia selalu merasa kekurangan. Manusia
selalu menginginkan kemakmuran. Ketika belum mempunyai rumah, manusia ingin
punya rumah. Tentu berikut dengan segala macam isinya. Apakah cukup sampai disitu?
Tidak! Kenyataan menunjukkan bahwa jika suatu kebutuhan terpenuhi, maka
kebutuhan lainnya akan muncul. Untuk sementara waktu, orang tadi mungkin sudah
merasa senang dengan rumah dan isinya. Namun, dia masih ingin memiliki mobil,
villa, atau flat di Singapura. Contohnya pelajar, dia membutuhkan alat
perlengkapan sekolah seperti misalnya tas, sepatu, seragam, kotak pensil dsb.
Jika didaftar, kebutuhan manusia sangat banyak sekali.
Di
buku Ekonomi gue, kebutuhan dibedakan menurut intensitas, subjek, sifat, dan
waktu. Sedangkan, kebutuhan dipengaruhi oleh peradaban, agama, adat istiadat,
dan lingkungan. Kebutuhan individu dan individu lainnya/antara satu kelompok
dan kelompok lainnya tentu berbeda.
Yuk
mulai sekarang sadarkan diri untuk lebih cermat memilih dan memilah mana
kebutuhan mana yang sekedar hanya kebutuhan. Kasihan kan orangtua kita setiap
hari berjuang, bekerja dengan tetesan peluh di wajah halus mereka hanya untuk
memenuhi kebutuhan primer keluarga. Seperti membayar isidental, biaya konsumsi
makan per bulan, listrik dan lain-lain.
Jadi
sekarang, mana yang lebih penting? Kebutuhan? atau keinginan?
Salam
blogger.
With
my deepest heart, Firdausa Yuni Rachmawati.
Dan para kapitalis, industrialis, sama advertiser pada pinter-pinter buat ngemas yg namanya 'keinginan' jadi sebuah 'kebutuhan' buat kita.
ReplyDeleteyoi, makanya harus selektif biar gak menuruti 'keinginan'
DeleteBeberapa bulan yang lalu, di pelajaran IPS gue di ajarin materi "Keinginan dan Kebutuhan". Sekarang di blog ini, gue belajar lagi, haha. :D
ReplyDeletesemoga bermanfaat \o/
Delete