Rasa
lelah selalu menyelimuti dirimu. Tak peduli itu sangat menyakitkan atau tidak,
rasa itu selalu bisa dienyahkan. Membasuh pelan-pelan dengan kantukmu, itu
menjadi kewajiban yang tak bisa dihindari.
Aku
hanya bisa apa? Ceritakan padaku bagaimana caraku membahagiakanmu? Kesal
dengan segala kerancuan hidup yang ada, tapi hidupku telah diatur rapi oleh yang
Maha Memiliki.
Aku,
manusia yang kuat. Mungkin hanya luarnya saja, coba tengok jiwaku. Rapuh,
retak, tak lebih dari sepotong kayu jati yang berpangku tangan dibawah lebatnya
pepohonan.
Aku
ingin menjadi manusia yang berbudi pekerti baik, taat kepada orangtua, dan
hal-hal baik lainnya.
Aaah,
rindu rasanya saat berada di rumah. Menonton tv bersama adikku, membantumu, dan
melakukan pekerjaan tidak penting, -makan, tidur, browsing. Apalagi saat matahari kembali ke peraduannya, suka sekali
menatap indahnya senja di depan serambi rumah.
Ingin
aku membahagiakanmu, kasih mu yang begitu nyata tanpa meminta balasan,
pengorbananmu dalam merawat, mendidik, dan banyak hal yang engkau lakukan untuk diriku membuatku tak kuasa mengingat
sedemikian beratnya tindakan yang engkau lakukan.
Cucuran
peluhku, airmata, pengorbanan, dan doa akan membentuk diriku menjadi manusia
sesungguhnya. Yang aku pikirkan saat ini bagaimana caranya menggapai
bintang-bintang di angkasa, -seolah itu impianku yang harus aku dapat.
Menyusun
kepingan kata-kata ini, selalu menjadi candu bagiku. Selayaknya bercerita, ini
caraku menyampaikan segala perasaanku yang tak terungkapkan lewat lisan. Untuk
Mama dan Papa.
Hmm gue jadi pengin bilang makasih buat orangtua. :))
ReplyDelete