Friday 31 January 2014

Immortal

Oke, gue dari SD emang suka nulis, entah itu nulis di diary, binder, maupun di belakang buku tulis. Ya.. nulis kegiatan sehari-hari anak SD pada waktu itu, cerpen, puisi, biodata bahkan mimpi-mimpi gue tulis di diary! Gaya menulis khas anak SD dengan bahasa belepotan yang masih nggak karuan, gaya bahasa apa adanya dan cetek. Pas jaman SD, gue sering bikin puisi buat ditempelin di mading sekolah. Seneng banget deh rasanya. Menginjak SMP, gue ikut ekskul KIR dan Tartil Al-Qur’an. Di KIR, gue diajari banyak hal tentang menulis karya ilmiah, bikin majalah sekolah dan kiat-kiat menulis. Yang pasti, detik ini, gue kangen ikut KIR.
Sayangnya, di SMP gue peminatnya dikit. Alhasil ikut KIR cuma sampai kelas 8. Sayang banget. Karena gue suka nulis! Hobbi kedua selain nulis  yaitu membaca. Gue sadar dengan membaca dapat meningkatkan kualitas diri kita sendiri dan juga menambah ilmu pengetahuan yang sangat bemanfaat.

Wednesday 29 January 2014

Keinginan dan Kebutuhan


Sebagai umat manusia, kita pasti punya keinginan-keinginan mendasar yang ada dalam lubuk hati masing-masing. Mulai keinginan yang teramat sederhana bahkan luarbiasa. Contoh: menginginkan tas sekolah yang ‘wah’ , ingin iPhone 5, ingin punya mobil mewah dan lain sebagainya. Tidak salah, karena manusia sejatinya memang dilahirkan untuk mempunyai rasa ‘ingin’. Apalagi saat ini, sangat banyak beredar di media massa (televisi), media cetak (koran, majalah, tabloid), bahkan spanduk yang terpampang besar di pinggiran jalan raya yang sarat akan keramaian lalu lalang kendaraan.
Tak hanya itu, produsen barang-barang tersebut semakin cerdik mengiklankan produknya dengan bahasa yang dahsyat, seolah-olah barang tersebut layak untuk dibeli dan juga di televisi misalnya, kita pasti disuguhi iklan produk dengan penampilan prima. Tujuannya: memikat hati pemirsa. Apalagi iklan sangat ampuh untuk membuat produk menjadi lebih dikenal masyarakat umum dan target pasar dapat ditempuh.
Oleh sebab itu, banyak dari kalangan masyarakat mulai dari kalangan atas hingga kalangan bawah berlomba-lomba menuruti keinginan demi gengsi.

LIGA SMASA 2014

         Di  sela-sela jam pelajaran terakhir, ESP, ku buka halaman per halaman novel tebal yang baru saja aku pinjam dari perpustakaan sekolah. Sampulnya berwarna coklat, karya A. Fuadi, “Negeri 5 Menara”. Ku baca dengan sangat antusias sekali.
         Aku mulai kegerahan. Tapi dua kipas angin yang terpasang di atap langit kelasku seolah tak mampu menyejukkan suasana maupun badanku. Aku tutup novel tersebut dan menoleh ke arah jam dinding berbentuk bulat berwarna putih itu. Jarum jam masih menunjukkan pukul 12:00. Ah, jam pelajaran terakhir ini yang membuat saya harus menahan kantuk luar biasa hebatnya. Ekonomi.
         Dari arah kaca kelas, aku melihat seorang berjalan menuju ke arah kelasku, X-Social. Usianya mungkin sudah lebih dari 50 tahun, memakai kerudung putih yang disematkan bros, berkacamata, jalannya agak pelan. Sejurus kemudian, beliau masuk ke kelas dan memberi salam. Salah seorang teman saya, Aditya R.P, mengambil viewer ke ruang multimedia untuk presentasi kelompok 1 tanpa disuruh lagi. Kebetulan, aku dan kawan-kawan kebagian mempresentasikan materi tentang BANK. Alhamdulillah, presentasi berjalan dengan lancar dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaannya.
         Tak terasa lagu Bangun Pemudi-Pemuda terdengar dari loudspeaker di kelasku, itu tandanya berakhirlah jam pelajaran yang melelahkan ini. Siang tadi, aku tak segera pulang menuju tempat kos ku di Jalan Madura no. 55 Jember. Aku menunggu temanku yang bernama Hanif. Jangan salah, dia cewek. Gadis berkerudung dan juga berparas cantik ini rupanya sedang gelisah dengan suatu hal. Aigo, ternyata jerseynya kebesaran.
         Hanif masih berbincang-bincang, aku menunggumu niiip.
         Duduk di tangga. Sendiri. Aku menyeberang dengan Hanif membeli cappuccino-jelly di depan Indomaret SMAN 1 Jember. Setelah itu, kami pun berjalan kaki ke kosanku kurang lebih jaraknya 500 meter.
         Oh ya, sore tadi kelasku+XI IS 1+XI IS 2 = satu tim sepakbola IPS (karena cowoknya dikit .-.) nah maka dari itu Hanif mampir ke kosan ku dan aku pun segera shalat dan mandi. Ada insiden dengan pak Sigit, tentang viewer. Ah sudahlah...
         Pukul 3 PM, aku dan Hanif berjalan menuju sekolah untuk bersama-sama dengan teman kelas X-IIS menonton pertandingan kelas IPS vs X-MIA 2. Nggak ada motor. Kami pun nebeng mobilnya Nabila Cholida menuju lapangan Secaba 509, sedangkan yang lain sudah berangkat terlebih dahulu. Kami diantar pak supir menuju tempat pertandingan tersebut, tetapi pak supir tidak tau persis diman letak pertandingan LIGAS (Liga Smasa). Hanif menelepon Nabila sedangkan pak supir bertanya ke anak kecil yang entah aku kurang tau itu siapa.
         Telfon diangkat. Terdengar suara tetapi hanya “halloooo...hallo” . akhirnya telepon Siwi, alhamdulillah. Akhirnya pak supir mengantar kami ke tempat pertandingan tersebut.
         Suasana terlihat ramai. Banyak aku dengar suara-suara supporter berteriak menunjukkan loyalitas terhadap kelasnya. Bunyi terompet juga tidak kalah bersahut-sahutan. Ada juga supporter yang memakai bando bertuliskan nama pemain. Nyemangatin apa modus tuh/? Butuh waktu lumayan lama menunggu pertandingan jam pertama. Di sela-sela aku menunggu giliran tim bertanding, ku sempatkan waktu untuk bereksis ria. Berjalan ngalor-ngidul, tanpa arah layaknya orang galau. Entahlah kali ini semoga firasatku benar.
         Aku melihat para pemain kelas IPS maupun X-MIA 2 sudah turun ke lapangan. Aku, kami, mengumpulkan segenap tenaga untuk menyemangati tim. Tak terbendung sudah berapa yel-yel yang kami teriakkan. Mulai dari kereta malam hingga meneriaki “joneeeeeess semangat ‘-‘) tak kalah heboh juga dengan adanya dua drum untuk lebih menyemangati pemain dan dua bendera besar berwarna merah-kuning. Bahkan banyak dari kami yang membawa pom-pon merah kuning dan bandana bertuliskan SOCIAL dan IPS dengan warna merah. Unik?
         Finally, skor 5-0. Aku senang. Kami senang. Tapi pertandingan belum berakhir. Tim kesebelasan IPS akan melawan tim kesebelasan X-MIA 2 hari kamis esok. Semoga keberuntungan selalu ada di pihak kami. Amiin. Hari mulai gelap, kira-kira pukul 5:30 PM. Aku pulang diantar oleh supirnya Nabila (lagi) dan sampai kosan dengan selamat, alhamdulillah.
         Sampai di kosan, capek. Nggak enak badan, kaki lelah dan aku sedih. Besok ulangan harian pertama KWU, materinya Kreatif dan Inovatif. Cukup sekian yaaaa... makasih


Biarlah yang penting nulis, biarpun tulisan ini masuk kategori jelek karena minim foto tapi cerita panjang lebar. Mohon dimaklumi karena lupa bawa charger T.T

Secaba. Topassmasa
postingan ini sebenarnya dibuat tadi malam. Tapi tadi malam ngantuk berat dan belajar KWU hehe. yang penting posting deh

Monday 6 January 2014

Berbicara Tentang Masa Depan

          Terlihat di atap-atap langit semburat jingga membara hingga ke pelosok dunia sana, kini, sang mentari pun kembali ke peraduannya untuk beristirahat sejenak. Kemudian, perlahan tapi pasti, terlihat sesosok bulatan kuning emas di langit jingga sedang berjalan menampakkan dirinya. Sekarang ia tidak sendirian karena berteman ribuan kilauan cahaya putih cemerlang bertaburan di atas langit kelam. Sungguh, semesta indah.
          Berbicara tentang masa depan, saya yakin, setiap individu pasti tidak mungkin ingin dilahirkan dengan keadaan kekurangan, baik itu kekurangan materi, kekurangan kesehatan, dan kekurangan-kekurangan lain yang membuat ia merasa dikucilkan dalam dunia ini. Kekurangan dalam hal materi misalnya, seorang anak yang katakanlah sekolah di sekolah terfavorit di kotanya, ia merasa minder karena teman-temannya setiap pagi diantarkan oleh orangtua/supir dengan mobil, memiliki gadget-gadget terbaru dan super keren, berpenampilan ‘wow’ yang malah tidak seharusnya mereka berdandan seperti itu. Anak ini ingin berkumpul dengan sekolompok anak yang menurutnya paling kece di kelas, tetapi ia tidak diterima karena tidak selevel dengan mereka. Akhirnya? Apa yang anak ini lakukan untuk diterima di komunitas tersebut? Kemungkinan besar, ia akan meminta barang-barang mahal kepada orangtuanya yang sebenarnya toh barang ini bukan barang primer yang amat sangat dibutuhkan. Si anak akan rela menyodori orangtua dengan tabloid-tabloid gadget terbaru atau berbagai tas branded. Ia akan berusaha untuk diterima di komunitas yang katanya kece tersebut. Got my point?