Sunday 23 March 2014

Story of An Old Woman

        Dia, wanita tua yang malang, mengisahkan secuil hidupnya kepadaku. Sontak saja aku kaget, kemudian tersenyum simpul kepada wanita tua yang malang itu. Terkadang, berbagi cerita kepada orang lain merupakan hal yang susah dilakukan oleh sebagian dari kita. Jangankan oranglain, berbagi cerita kepada teman sekelas saja merasa enggan.
        Kejadian ini bermula ketika aku naik angkot jurusan Tanggul pada Sabtu sore beberapa minggu yang lalu. Dengan sigap, aku memilih tempat duduk terdepan di angkot itu, ya tepat di belakang sopir.
        Di sebelahku duduk seorang wanita berkerudung coklat yang sudah senja, sangat senja. Rona mukanya tak lagi terpancar kebahagiaan, yang aku lihat hanya segunung derita yang terpancar darinya. Sedikit-sedikit aku melihat wanita tua berkerudung coklat itu mengusap air matanya. Dia terlihat membawa kotak amal dan sebuah karung beras. Mataku celingukan ke bawah, dia memakai sandal jepit yang usang.

        “Dik, kuliah dimana?”
        Pertanyaan wanita tua berkerudung coklat ini membuka percakapan diantara kami.
        “Ah saya masih SMA, bu. Kelas 10 di SMAN 1 Jember”, jawabku polos. Bagaimana mungkin muka seunyu ini dibilang anak kuliahan? (gerutuku -_-)
        Kata beliau, “Oh saya kira sudah kuliah dik. Kalau sudah sore nggak bisa lihat jelas, makanya mata ibu daritadi mengeluarkan airmata.”
        Aku mengangguk-angguk saja. Kemudian dia mengeluarkan airmata lagi, tatapan matanya memandang jauh seperti flashback ke masa memilukan baginya. Aku masih terdiam di samping wanita tua berkerudung coklat ini.
        Beberapa menit setelah kami terdiam, ia bercerita panjang lebar kepadaku. “Ibu sedih, Nak. Nggak tahu harus gimana lagi, anak-anak ibu kerja di luar Jawa. Di desa, ibu tinggal sama cucu perempuan yang umurnya kira-kira sama dengan kamu. Dia ibu rawat dari kecil dan akhirnya sekarang jadi remaja yang cantik. Sayangnya, dia tidak mau lagi melanjutkan studinya ke SMA dan hanya sampai SMP”, awal cerita wanita tua berkerudung coklat ini yang kemudian mengusap airmatanya.
        Kata wanita tua berkerudung coklat ini melanjutkan ceritanya “Cucu saya mengenal pacaran, akhirnya sekarang ia mengandung janin anaknya yang berumur 3 minggu. Harus gimana ibu ini nak, ha? Cucu yang ibu rawat baik-baik besarnya hamil di luar nikah. Mau digugurkan? Dosa dihadapan Tuhan nak.”
        Hatiku tersayat, ngilu rasanya jika membayangkannya. Bagaimana jika aku diposisi wanita tua berkerudung coklat ini?

        “Ini bu ada tissue,” tawarku.
        Wanita tua berkerudung coklat ini berterimakasih kepadaku. Lantas dia tersenyum dan berkata “kalau ini memang sudah takdir ibu ya jalani sajalah. Tuhan itu adil kan dik?
        “Iya bu,” hanya itu yang keluar dari mulutku.
        “Bangsal, Bangsal, Bangsalsari...” teriakan kernet ini untung saja tak sampai memekakkan telingaku.
        Wanita tua berkerudung coklat : “Turun Bangsal ya kamu dik? Ini Ibu juga, tapi berhenti di KPN.”
        “Oh iya bu. Saya turun di Masjid An-Nur.”
        Akhirnya angkot berhenti di KPN dan wanita tua berkerudung coklat ini bersalaman kepadaku dan berjalan gontai ketika turun dari angkot yang kami tumpangi. Haiik, aku lupa menanyakan nama wanita tua berkerudung coklat ini huft.
        Tak sampai lima menit aku tiba juga di Masjid An-Nur dan ayah sudah menjemputku disana.

PESAN MORAL :
Ø  Jauhi free sex, jangan sampe deh belum nikah udah ada bayi di perut. Hih!
Ø  Selalu ingat Allah SWT kapanpun, dimanapun.
Semoga Tuhan selalu melindungi dan menjaga kita semua. Amin. J
PS : di postingan ini nggak ada sama sekali niat untuk menggurui, just wanna share my experience with an old woman.

gambar credit to espernyata.wordpress.com

4 comments:

Please don't be a silent reader! :) sepatah dua patah komentar dari kalian sangat berarti hehe. Terimakasih sudah membaca ya. Salam. -@Firdausaah